Memancing bersama adik


Ada buih pecahan ombak dipelepasan boat kita, dik
Bergaris garis mengikuti dan timbul selalu
Hanya lima menit selepasan dermaga tujuh 
Tempat kita mengawali permainan buih buih rasa kita

Meski di kiri langit tetap bergurat gurat oranye tua
Dan di kanan elang laut selalu tawarkan jasa pengucap salam untuk mu

Kali ini beda, dik. Dan itu sungguh beda!

Boat seolah tak bertapak di hamparan biru kesukaan kita
Tempat kita mengarungkan botol-botol pita biru
Berisi Janji janji, mimpi mimpi kita

Boat melaju, memecah bentangan laut biru wadah janji mimpi biru cinta kita
Hingga Menerbangkan jutaan bulir buih rasa kasih kita berdua
Seakan ingin segera mengusapkannya ke pipiku

Boat melesat, karena tak kuat hati hendak segera berkabar cita
Bak terbang karena turbin mesin terputar hati yang berkobar kobar
Hingga ingkar tak kan pernah lagi menghalangiku tuk bergegas

Menuju bangku yg kubuat dan kau cat biru
Di pulau tempat semua botol pita biru kita menepi
Hingga akhirnya kubangun sebuah rumah di tepi pantai
Dan kau letakkan bangku itu mengarah laut
Di bawah jendela yang selalu terbuka
Tempat kau melihat menungguku pulang
Ditemani angin yang membisikkan bermacam firasat
Yang juga menyampaikan salam rinduku

Dik, diberdiriku ini di halaman kita
Tak hanya ada buih di badanku
Banyak sekali hingga kukuyup tapi aku suka

Ini buih kita dik, buih-buih segala rasa kita
Yang lama tak ku lihat hingga sekarang aku pulang 
Dan membawanya agar ku selalu bersamamu

Dik, ada satu lagi bangku kutenteng
kan ku letak di samping bangkuku yang kau cat biru
Tapi tidak di bawah jendela 
tempat kau melihat laut menungguku selalu

Dik, akan kuletak bangku ini di samping laut 
Di pantai karang tempat kita memancing selalu, dulu
Dik, karena abang ingin selalu, meski adik telah tiada
Melirik ke bangku biru, memancing bersama adik

Kepulauan Seribu, On Saturday, June 26, 2012 at 16.00 pm

No comments:

Post a Comment