INI CUMA WARNA




Puti, benar inilah permainannya
Saat semua warna bergelut menyeluruh
Tanpa rasa apalagi nafsu
Terus bergerak dan menyusun
Belantara latar naturalis
Maunya

Dan sebenarnya ini abstrak, Putiku
Dan selalu di belakangku
Meski tampak aku mengundang
Tapi tak pernah jujur menjadi buah
Hati, pikiran dan perasaanku

Dan ini perih
Meski tak jadi merah darah mengganti warnanya
Terhalang senyum malu kejantananku
Yang membuatnya menjadi jadi
Puti
Perih

Dan sejatinya puti
Warna warna ini selalu jadi tipuku
Karena egoku
Menghias dunia kita

Bali, Mei 2013

#puisi
#bangekasiregar
#siabangeka
#puisipantai

DARI MANA UCAP SYUKUR

test at

Dan kapanlah sempat berucap syukur,
jika pada nyatanya
selalu keajaiban dan bahagia yang Kau berikan,
bahkan dalam setiap kedipan mata
dan gerakan peristaltikku.

Dan jangan sampai ku tak sempat
Berucap syukur Kekasihku.
Segala takipnea yang sebabkan sesak ini
Memusingkan otakku
Karena selalu indahMu yang beterbangan
Melesat-lesat di ram ram otak ku.

Dari mana ucap syukur
Harus ku mulai
Jika seluruh selku tak beranjak anjak
Dari sujudnya pada MU

Ijen, 10 April 2017

NGGAK BANYAK YANG NGERTI

Dari yang tinggi ini, dan biru
Enggak banyak yang tahu
Bahwa untuk menuju mendarat pada mu
Haruslah ada uap air yang menggumpal gumpal
Mengguncang-guncang tidak hanya badan ini
Bahkan seluruh isi otakku seakan membuncah
Kehilangan kata bahkan doa
Yang sejak kecil sudah kuhapal dengan nilai 10
Yang hanya untuk mendarat pada mu

RINDU RAKU SAKIT DAN INDAH

Rindu adalah rasa sakit yang indah
Kerinduan pada Raku, ratu hati ku
Yang dirasakan ku
Adalah manusiawi dan kodrati
Ketika jarak dan waktu kian menjauh
Maka ingatan akan kampung dan masa silam
Bagai sembilu menggores kalbu

Aku rindu pada bahagianya, RAKU
Yang menunggu kasihnya pulang
Dari laut hijau membawa buluh
Sepotong bambu bernyanyi di hayal hayal

Aku rindu pada gunung gunung gelap dan sepeda itu
Muntahan alam dan sumber peluhmu
Pada pemandangan tua ribuan tahun
Si gembala domba, RAKU
Termenung di atas batu.

RAKU aku rindu
Sakit tapi indah

Bismillah

Untuk mata mata indah pagi ini

Hari ini abang mau mulai tulis apa saja yang abang rasa. Menulis di samping geboy, via mac, di depan jendela yang menampakkan atap tanjung duren dan sekitarnya karena abang di lantai 27.

Dari tadi si geboy sibuk kali musing-musing di kandang airnya. Mulai lincah dia, setelah beberapa hari ini dia dapat kawan baru, di kandang baru.

Kawanku, mata mata indah yang mengalirkan arti gambar-gambar bentuk yang akan selalu ku ketik.. Mari kita selalu berkawan. Insya Allah abang akan selalu menyapa di pagi hari.

Bersama dingin atau apalah suasana hatimu saat itu.

Memancing bersama adik


Ada buih pecahan ombak dipelepasan boat kita, dik
Bergaris garis mengikuti dan timbul selalu
Hanya lima menit selepasan dermaga tujuh 
Tempat kita mengawali permainan buih buih rasa kita

Meski di kiri langit tetap bergurat gurat oranye tua
Dan di kanan elang laut selalu tawarkan jasa pengucap salam untuk mu

Kali ini beda, dik. Dan itu sungguh beda!

Boat seolah tak bertapak di hamparan biru kesukaan kita
Tempat kita mengarungkan botol-botol pita biru
Berisi Janji janji, mimpi mimpi kita

Boat melaju, memecah bentangan laut biru wadah janji mimpi biru cinta kita
Hingga Menerbangkan jutaan bulir buih rasa kasih kita berdua
Seakan ingin segera mengusapkannya ke pipiku

Boat melesat, karena tak kuat hati hendak segera berkabar cita
Bak terbang karena turbin mesin terputar hati yang berkobar kobar
Hingga ingkar tak kan pernah lagi menghalangiku tuk bergegas

Menuju bangku yg kubuat dan kau cat biru
Di pulau tempat semua botol pita biru kita menepi
Hingga akhirnya kubangun sebuah rumah di tepi pantai
Dan kau letakkan bangku itu mengarah laut
Di bawah jendela yang selalu terbuka
Tempat kau melihat menungguku pulang
Ditemani angin yang membisikkan bermacam firasat
Yang juga menyampaikan salam rinduku

Dik, diberdiriku ini di halaman kita
Tak hanya ada buih di badanku
Banyak sekali hingga kukuyup tapi aku suka

Ini buih kita dik, buih-buih segala rasa kita
Yang lama tak ku lihat hingga sekarang aku pulang 
Dan membawanya agar ku selalu bersamamu

Dik, ada satu lagi bangku kutenteng
kan ku letak di samping bangkuku yang kau cat biru
Tapi tidak di bawah jendela 
tempat kau melihat laut menungguku selalu

Dik, akan kuletak bangku ini di samping laut 
Di pantai karang tempat kita memancing selalu, dulu
Dik, karena abang ingin selalu, meski adik telah tiada
Melirik ke bangku biru, memancing bersama adik

Kepulauan Seribu, On Saturday, June 26, 2012 at 16.00 pm

Semua memang tak perlu lagi, akhirnya

Semua kacau, atau mengacaukan
Sementara semua sudah membuncah 
Tak sabar jari hendak mengungkap
Menata berupa rupa rangkai rangkai indah
Tentang hatiku
Padamu
Tentang ketidakpercayaan 
Akan berupa ini cintaku
Padamu

Semua, sekeliling
Tak satupun menyatukan
Suara detak dadaku
Yang tak sabar ukirkan suara jantung
Dilembar lembar digital
Yang kelak jadi naskah kuno
Saksi abadi cintaku 
Padamu

Semua gaduh
Suara tv yang sama sekali tak berkabar sedap
Suara angin yang tak ada sayup sayupnya
Suara ac yang bahkan tak mendinginkan
gelora api cinta ku
Padamu.

Semua meluap luap, bergelora
Berlomba lomba
Hendak keluarkan rasa senang, bahagia, puas
Karena cintamu
Padaku

Dan

Semua memang tak perlu lagi, akhirnya
Karena cukuplah indah ini buat kita saja
Padaku
Padamu

Berucap yang tak pernah cukup



Masih di atas tempat tidur
Persis di bawah jendela
Yang memotret langit putih
Berkilau di balik susunan rumah
Bertingkat tingkat

Masih dengan hati berdebar
Persis seperti kemaren
Yang merekam sisa riwayat hidupku
Bagus tiada terlukiskan selalu
Berwarna warna

Puaskah atau perlu berjuta hari kuminta
Agar ku terus bersyukur
Pada Mu

Puaskah hingga perlu kututup
Agar ku langsung menghadap-Mu
Bersyukur

Dan ku berucap syukur
Berucap yang tak pernah cukup
Bilangan hitung
Karena rahmat bertubi tubi ke hidupku

Dan di satu dua sisa hari hidupku
kuserahkan kembali
Hidupku, matahariku, hati dan belahan jiwaku
Pada Mu pemilik yang hak.

On Tuesday, October 20, 2011 at 10:26am

Mak, kalau ada kata gaib pengganti rindu


Pinjamkan, Mak
Agar sama seperti kau
Yang tahan menahan
Yang kuyakin rindukan abang
Yang tak pernah pulang karena bukan tak sempat
Yang meninggalkanmu karena kekasih

Mak, aku rindu kali, kali ini
Sangat bersangat sangat
Kusudah berdua kasih
Tak hanya kau, kucinta kupuja
Tak sajalah  Mak, yang dah ikat kuat cinta abang

Daun Terakhir











kemarin
ada daun terbang sepertinya
gerakkan lirik mataku ke jendela
apartemenku
lantai lima